Penulis Pemula
Penulis
pemula? Apa itu?
Kita
sering mendengar tentang penulis pemula, sebenarnya apa yang dimaksud dengan
penulis pemula.? Penulis pemula adalah orang yang mempunyai keinginan menjadi
penulis. Atau orang yang baru menyadari
betapa pentingnya menulis. Sedangkan penulis ialah orang yang menulis setiap
hari. Nah, jadi penulis pemula adalah orang yang sedang mencoba menjadi
penulis. Atau, sederhananya, penulis pemula adalah orang yang sedang mencoba
menulis setiap hari.
Banyak
sekali dilema yang sering dihadapi oleh yang namanya penulis pemula. Mulai dari
A sampai Z. Karena memang memulai sesuatu (apa saja) yang belum dibiasakan itu
sangat sulit. Dan memulai sesuatu agar menjadi penulis sejati itu Insya Allah banyak tantangannya. Tapi
kalau sudah biasa dan sudah menjadi penulis, Insya Allah segalanya akan terasa mudah. Membuat makalah, skripsi,
laporan, cerpen, novel, tugas mengarang, apa lagi surat cinta, beh bisa sampai penuh lemari, dari
lemari baju, sampai lemari es. Dan banyak sekali hal-hal yang boleh dan tidak
boleh dilakukan penulis pemula. Ibarat kalau kita ingin mendalami suatu ilmu
gaib, banyak pantangan nya.
Nah,
berhubung saya belum menjadi penulis profesional, masih pemula juga. Saya akan
berbagi hal-hal yang biasa saya hadapi saat menulis.
Yang
pertama, apa ya? Em...(sambil cari cicak di langit-langit rumah. Garuk-garuk
kepala, dan sesekali baring-baring, kemudian...) Nah, ini yang saya maksud.
Mencari awalan. Jadi yang tantangan pertama saat menulis adalah memulainya.
Semuanya sudah siap, laptop atau buku, alat tulis, suasana sudah pas, inspirasi
sudah ada, konsep sudah di depan mata, teh sudah dihidangkan, tapi bagaimana
memulai menuangkan konsep yang sudah terasa penuh di kepala, itu yang biasanya
menghambat. Ujung-ujung katanya “buntu” lalu tidak jadi menulis. Kemudian saya
mencari cara, agar hal yang di awal ini tidak menjadi penghalang.
Satu,
menulis dari tengah. Atau dengan kata lain, tinggalkan dulu pengantar awal nya,
tulis langsung ke bagian intinya saja. Misalnya kita akan menulis tentang orang
yang akan dibunuh, bingung kan awalnya bagaimana? Nah, langsung saja tulis
peristiwa dari pembunuhan sampai selesai. Setelah semuanya selesai,
pengantarnya akan datang dengan sendirinya nanti.
Maka
dari itu, yang saya tulis paling akhir adalah judul. Tapi ini berlaku bagi
tulisan non-ilmiah. Kalau tulisan ilmiah, saya mengambil cara dari ajaran Pak
Yusriadi. Yaitu, buat satu atau dua kata kunci. Misalnya ‘bunga’, kemudian dari
kata kunci itu, buatlah kalimat judul sebanyak lima atau sepuluh judul dengan
meletakkan kata ‘bunga’ di awal kalimat, di tengah dan di akhir kalimat.
Contoh: ‘Bunga Memang Gila’, ‘Ketika
Bunga Bertasbih’, dan ‘Ada apa
dengan Bunga’ atau ‘Gadis Berkalung Bunga’ hehe, mudah bukan?
Dua,
saat di depan laptop dengan segala perlengkapan yang ada, saya biasanya
langsung ‘tak-tik-tak-tik’, itu suara tangan saya yang sedang menekan
huruf-huruf di laptop. Dengan kata lain, sebaiknya, rencana tulisan dilakukan
sebelum berada didepan laptop, jadi langsung ketik saja, tanpa harus berencana
lagi. Berpikir itu perlu saat menulis, tapi kalau terlalu banyak berpikir dan
tangan belum juga bergerak, akan membuang waktu.
Kemudian
hal yang sering menghambat penulis pemula seperti saya adalah buntu di tengah dan
akhir. Nah, kalau yang diatas tadi buntu di awal, sekarang buntu di tengah dan
akhir. Ada seorang gadis kecil, ia berkerja keras untuk membayar utang sebesar
satu juta rupiah. Nah dengan perjuangan yang sangat panjang, dapatlah gadis itu
uang sebanyak satu juta lima puluh ribu rupiah. Lalu dibayarlah utang sebanyak
satu juta tadi. Sang penulis kemudian bingung, uang yang lima puluh ribu
enaknya diapakan ya? Kemudian cerita pun buntu. Nah, kalau sudah seperti ini,
biasanya saya:
Satu,
mencari ide-ide cerita melalui buku. Baik itu novel atau kumpulan cerpen.
Buku-buku yang bisa didapaktan dengan mudah di perpustakaan. Saya pun pernah
membaca tips menulis dari internet, katanya jika ingin menjadi penulis, maka
awalilah dengan banyak-banyak membaca. Selain pada buku fiksi, buku non-fiksi
juga bisa. Misalnya anak itu ingin menggunakan uang tersebut sebagai modal
menjual bross, nah apa salahnya kita membaca tentang modal atau tentang bross
terkini.
Dua,
saya biasanya wawancara dengan beberapa teman. “kalau misalnya begini, lalu apa
yang Anda lakukan?” nah dari beberapa jawaban teman itu, jika ada yang unik dan
menarik hati, ambil saja. Atau misalnya berdasarkan pengalaman pribadi dan
orang lain. Kebetulan cerita novel yang sedang kita kerjakan sekarang hampir
mirip dengan hal yang terjadi dengan teman kita, nah apa salahnya mencomot
sedikit.
Kemudian
selanjutnya adalah masalah waktu. Saya termasuk orang yang aktif dan banyak
kegiatan. Tugas kuliah pun sudah pasti banyak, karena saya sekarang sedang
menempuh pendidikan pada semester tiga. Belum lagi rapat UKM dan
latihan-latihan rutin UKM saya, Drumband. Lalu saya mempunyai pekerjaan yang
sekarang masih berlangsung, yaitu mengajar. Saya di rumah hanya pagi dan malam
saja. Itu pun tak jauh dari pekerjaan, aduh kok malah curhat ya, hehe.
Kemudian
saya mencoba mencari solusi tentang ini. bertemulah saya dengan blog Diva Press
yang memberikan tips bagi masalah yang sering dihadapi penulis pemula berkaitan
dengan waktu. Katanya, kita harus membuat jadwal menulis, baik itu jadwal rutin
atau jadwal yang seperti tabel, maupun jadwal waktu lamanya menulis. Misalnya
jadwal kita per hari harus meluangkan waktu menulis sebanyak dua jam. Atau satu
hari kita harus menulis sebanyak dua lembar. Sedikit demi sedikit tak masalah,
yang penting rutin. Dan saya pun mulai membiasakannya. Setiap hari harus ada
yang bertambah pada tulisan saya. Kalau belum mampu sehari sekali, boleh juga
dua hari sekali, seminggu sekali, sebulan sekali, atau setahun sekali mungkin.
Pasti. Pasti menjadi penulis pemula selamannya.
Yang
paling utama untuk mengatasi permasalahan baik yang tercantum di atas atau
permasalahan lain adalah, kita harus menanamkan pada diri kita bahwa menulis
itu penting. Karena kalau kita sudah merasa sesuatu itu penting, maka kita akan
merasa butuh. Menulis itu penting, maka kita butuh untuk menulis. Rumah itu
penting, maka kita membutuhkan rumah. Uang itu penting maka kita membutuhkan
uang. Kamu itu penting, maka aku membutuhkan kamu. Ciee..
Nah,
lalu hal-hal apa yang tidak bolah dilakukan penulis pemula.?
Pertama,
tidak boleh melihat-lihat buku di perpustakaan. Karena buku tidak untuk
dilihat, tapi dibaca, hehe. Bercanda saja, pertama, tidak hanya pada penulis
pemula. Pada setiap hal pun sebenarnya kita tidak boleh melakukan ini. bahkan
Tuhan pun sudah melarang kita. Hal yang terlarang ini dinamakan, menunda waktu.
Saat kesempatan ada, waktu pun sedang luang, dan hasrat pun ingin menulis. Tapi
tangan ini, begitu sulit untuk bergerak. “Ah, nanti saja”. Ujung-ujung, tulisan
tidak jadi, inspirasi hilang, dan semangat pun hilang. Karena kata dosen
Psikologi saya, Ibu Agus Handini, suatu emosi itu dapat berubah per-detik. Saat
sekarang kita sedang merasa ingin menulis, dengan semangat yang membara, lalu
kita memutuskan untuk menunda tulisan kita, kecil kemungkinan kita jika nanti
rasa semangat itu masih bertahan. Makanya, tulis sekarang juga!
Kedua,
pindah proyek. Saya mempunyai hobi berpindah dari cerita satu ke cerita yang
lain. Padahal cerita yang satu belum selesai. Entah kenapa ada ide lain yang
membuat saya ingin membuat cerita yang baru. Setelah saya berselancar lagi di
internet, ternyata ini merupakan hal yang salah. Penulis pemula memang sering
meninggalkan cerita lama. Tapi sekali lagi, sebenarnya itu salah. Yang benar
adalah selesaikan tulisan yang sedang kita kerjakan. Baik itu cerpen, novel
atau karya ilmiah. Kalau belum selesai, jangan buat cerita baru, karena akan
semakin banyak tulisan yang hanya sepenggal. Saya contohnya, ada banyak sekali
tulisan saya yang saya tulis tapi hanya setengah. Tidak sampai habis. Sayang
bukan?
Ketiga,
jangan memperbaiki. Saat sedang asik menulis, jangan berhenti untuk membaca
tulisan kita dari awal lagi. Tulis dulu sampai selesai, setelah selesai barulah
kita baca dan perbaiki. Karena, kalau sudah membaca ulang dari atas tapi belum
selesai, maka kita akan malas untuk melanjutkan. Apalagi kalau tulisan kita
banyak yang dirasa kurang pas, kita akan merasa minder sendiri. Kata salah seorang yang saya lupa namanya, “jangan
pernah berharap tulisan kita bagus. Tulis saja dulu. Biar waktu yang
memperbaiki” keren kan.
Jadi
itulah yang dapat saya bagi. Beberapa cerita dan tips dari pengalaman saya yang
masih belajar menulis. Silahkan cari tips-tips lain yang mungkin lebih baik.
Perbanyaklah membaca. Nah, kalau sekian ribu teori dan solusi sudah kita pelajari,
tapi kita belum juga mau menulis. Berarti kita adalah orang yang malas. Naudzubillah. Kalaulah tidak bisa
beramal lewat harta, beramalah dengan tulisan. Kalau tak bisa berbicara dengan
lantang, bicaralah lewat tulisan. Dan kalau tak mampu berbagi dengan materi,
berbagilah lewat tulisan. Seperti saya yang membagi cinta saya melaui tulisan
ini, hehe.
Sekian.
No comments: