', woeid: '', unit: 'f', success: function(weather) { html = '
  • '+weather.city+', '+weather.country+' '+weather.temp+'°'+weather.units.temp+'
  • '; $("#weather").html(html); }, error: function(error) { $("#weather").html('

    '+error+'

    '); } }); }); //]]>

    Header Ads

    Breaking News
    recent

    Penulis Pemula



    Penulis pemula? Apa itu?
    Kita sering mendengar tentang penulis pemula, sebenarnya apa yang dimaksud dengan penulis pemula.? Penulis pemula adalah orang yang mempunyai keinginan menjadi penulis. Atau orang yang  baru menyadari betapa pentingnya menulis. Sedangkan penulis ialah orang yang menulis setiap hari. Nah, jadi penulis pemula adalah orang yang sedang mencoba menjadi penulis. Atau, sederhananya, penulis pemula adalah orang yang sedang mencoba menulis setiap hari.
    Banyak sekali dilema yang sering dihadapi oleh yang namanya penulis pemula. Mulai dari A sampai Z. Karena memang memulai sesuatu (apa saja) yang belum dibiasakan itu sangat sulit. Dan memulai sesuatu agar menjadi penulis sejati itu Insya Allah banyak tantangannya. Tapi kalau sudah biasa dan sudah menjadi penulis, Insya Allah segalanya akan terasa mudah. Membuat makalah, skripsi, laporan, cerpen, novel, tugas mengarang, apa lagi surat cinta, beh bisa sampai penuh lemari, dari lemari baju, sampai lemari es. Dan banyak sekali hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan penulis pemula. Ibarat kalau kita ingin mendalami suatu ilmu gaib, banyak pantangan nya.
    Nah, berhubung saya belum menjadi penulis profesional, masih pemula juga. Saya akan berbagi hal-hal yang biasa saya hadapi saat menulis.
    Yang pertama, apa ya? Em...(sambil cari cicak di langit-langit rumah. Garuk-garuk kepala, dan sesekali baring-baring, kemudian...) Nah, ini yang saya maksud. Mencari awalan. Jadi yang tantangan pertama saat menulis adalah memulainya. Semuanya sudah siap, laptop atau buku, alat tulis, suasana sudah pas, inspirasi sudah ada, konsep sudah di depan mata, teh sudah dihidangkan, tapi bagaimana memulai menuangkan konsep yang sudah terasa penuh di kepala, itu yang biasanya menghambat. Ujung-ujung katanya “buntu” lalu tidak jadi menulis. Kemudian saya mencari cara, agar hal yang di awal ini tidak menjadi penghalang.
    Satu, menulis dari tengah. Atau dengan kata lain, tinggalkan dulu pengantar awal nya, tulis langsung ke bagian intinya saja. Misalnya kita akan menulis tentang orang yang akan dibunuh, bingung kan awalnya bagaimana? Nah, langsung saja tulis peristiwa dari pembunuhan sampai selesai. Setelah semuanya selesai, pengantarnya akan datang dengan sendirinya nanti.
    Maka dari itu, yang saya tulis paling akhir adalah judul. Tapi ini berlaku bagi tulisan non-ilmiah. Kalau tulisan ilmiah, saya mengambil cara dari ajaran Pak Yusriadi. Yaitu, buat satu atau dua kata kunci. Misalnya ‘bunga’, kemudian dari kata kunci itu, buatlah kalimat judul sebanyak lima atau sepuluh judul dengan meletakkan kata ‘bunga’ di awal kalimat, di tengah dan di akhir kalimat. Contoh: ‘Bunga Memang Gila’, ‘Ketika Bunga Bertasbih’, dan ‘Ada apa dengan Bunga’ atau ‘Gadis Berkalung Bunga’ hehe, mudah bukan?
    Dua, saat di depan laptop dengan segala perlengkapan yang ada, saya biasanya langsung ‘tak-tik-tak-tik’, itu suara tangan saya yang sedang menekan huruf-huruf di laptop. Dengan kata lain, sebaiknya, rencana tulisan dilakukan sebelum berada didepan laptop, jadi langsung ketik saja, tanpa harus berencana lagi. Berpikir itu perlu saat menulis, tapi kalau terlalu banyak berpikir dan tangan belum juga bergerak, akan membuang waktu.
    Kemudian hal yang sering menghambat penulis pemula seperti saya adalah buntu di tengah dan akhir. Nah, kalau yang diatas tadi buntu di awal, sekarang buntu di tengah dan akhir. Ada seorang gadis kecil, ia berkerja keras untuk membayar utang sebesar satu juta rupiah. Nah dengan perjuangan yang sangat panjang, dapatlah gadis itu uang sebanyak satu juta lima puluh ribu rupiah. Lalu dibayarlah utang sebanyak satu juta tadi. Sang penulis kemudian bingung, uang yang lima puluh ribu enaknya diapakan ya? Kemudian cerita pun buntu. Nah, kalau sudah seperti ini, biasanya saya:
    Satu, mencari ide-ide cerita melalui buku. Baik itu novel atau kumpulan cerpen. Buku-buku yang bisa didapaktan dengan mudah di perpustakaan. Saya pun pernah membaca tips menulis dari internet, katanya jika ingin menjadi penulis, maka awalilah dengan banyak-banyak membaca. Selain pada buku fiksi, buku non-fiksi juga bisa. Misalnya anak itu ingin menggunakan uang tersebut sebagai modal menjual bross, nah apa salahnya kita membaca tentang modal atau tentang bross terkini.
    Dua, saya biasanya wawancara dengan beberapa teman. “kalau misalnya begini, lalu apa yang Anda lakukan?” nah dari beberapa jawaban teman itu, jika ada yang unik dan menarik hati, ambil saja. Atau misalnya berdasarkan pengalaman pribadi dan orang lain. Kebetulan cerita novel yang sedang kita kerjakan sekarang hampir mirip dengan hal yang terjadi dengan teman kita, nah apa salahnya mencomot sedikit.
    Kemudian selanjutnya adalah masalah waktu. Saya termasuk orang yang aktif dan banyak kegiatan. Tugas kuliah pun sudah pasti banyak, karena saya sekarang sedang menempuh pendidikan pada semester tiga. Belum lagi rapat UKM dan latihan-latihan rutin UKM saya, Drumband. Lalu saya mempunyai pekerjaan yang sekarang masih berlangsung, yaitu mengajar. Saya di rumah hanya pagi dan malam saja. Itu pun tak jauh dari pekerjaan, aduh kok malah curhat ya, hehe.
    Kemudian saya mencoba mencari solusi tentang ini. bertemulah saya dengan blog Diva Press yang memberikan tips bagi masalah yang sering dihadapi penulis pemula berkaitan dengan waktu. Katanya, kita harus membuat jadwal menulis, baik itu jadwal rutin atau jadwal yang seperti tabel, maupun jadwal waktu lamanya menulis. Misalnya jadwal kita per hari harus meluangkan waktu menulis sebanyak dua jam. Atau satu hari kita harus menulis sebanyak dua lembar. Sedikit demi sedikit tak masalah, yang penting rutin. Dan saya pun mulai membiasakannya. Setiap hari harus ada yang bertambah pada tulisan saya. Kalau belum mampu sehari sekali, boleh juga dua hari sekali, seminggu sekali, sebulan sekali, atau setahun sekali mungkin. Pasti. Pasti menjadi penulis pemula selamannya.
    Yang paling utama untuk mengatasi permasalahan baik yang tercantum di atas atau permasalahan lain adalah, kita harus menanamkan pada diri kita bahwa menulis itu penting. Karena kalau kita sudah merasa sesuatu itu penting, maka kita akan merasa butuh. Menulis itu penting, maka kita butuh untuk menulis. Rumah itu penting, maka kita membutuhkan rumah. Uang itu penting maka kita membutuhkan uang. Kamu itu penting, maka aku membutuhkan kamu. Ciee..
    Nah, lalu hal-hal apa yang tidak bolah dilakukan penulis pemula.?
    Pertama, tidak boleh melihat-lihat buku di perpustakaan. Karena buku tidak untuk dilihat, tapi dibaca, hehe. Bercanda saja, pertama, tidak hanya pada penulis pemula. Pada setiap hal pun sebenarnya kita tidak boleh melakukan ini. bahkan Tuhan pun sudah melarang kita. Hal yang terlarang ini dinamakan, menunda waktu. Saat kesempatan ada, waktu pun sedang luang, dan hasrat pun ingin menulis. Tapi tangan ini, begitu sulit untuk bergerak. “Ah, nanti saja”. Ujung-ujung, tulisan tidak jadi, inspirasi hilang, dan semangat pun hilang. Karena kata dosen Psikologi saya, Ibu Agus Handini, suatu emosi itu dapat berubah per-detik. Saat sekarang kita sedang merasa ingin menulis, dengan semangat yang membara, lalu kita memutuskan untuk menunda tulisan kita, kecil kemungkinan kita jika nanti rasa semangat itu masih bertahan. Makanya, tulis sekarang juga!
    Kedua, pindah proyek. Saya mempunyai hobi berpindah dari cerita satu ke cerita yang lain. Padahal cerita yang satu belum selesai. Entah kenapa ada ide lain yang membuat saya ingin membuat cerita yang baru. Setelah saya berselancar lagi di internet, ternyata ini merupakan hal yang salah. Penulis pemula memang sering meninggalkan cerita lama. Tapi sekali lagi, sebenarnya itu salah. Yang benar adalah selesaikan tulisan yang sedang kita kerjakan. Baik itu cerpen, novel atau karya ilmiah. Kalau belum selesai, jangan buat cerita baru, karena akan semakin banyak tulisan yang hanya sepenggal. Saya contohnya, ada banyak sekali tulisan saya yang saya tulis tapi hanya setengah. Tidak sampai habis. Sayang bukan?
    Ketiga, jangan memperbaiki. Saat sedang asik menulis, jangan berhenti untuk membaca tulisan kita dari awal lagi. Tulis dulu sampai selesai, setelah selesai barulah kita baca dan perbaiki. Karena, kalau sudah membaca ulang dari atas tapi belum selesai, maka kita akan malas untuk melanjutkan. Apalagi kalau tulisan kita banyak yang dirasa kurang pas, kita akan merasa minder sendiri. Kata salah seorang yang saya lupa namanya, “jangan pernah berharap tulisan kita bagus. Tulis saja dulu. Biar waktu yang memperbaiki” keren kan.
    Jadi itulah yang dapat saya bagi. Beberapa cerita dan tips dari pengalaman saya yang masih belajar menulis. Silahkan cari tips-tips lain yang mungkin lebih baik. Perbanyaklah membaca. Nah, kalau sekian ribu teori dan solusi sudah kita pelajari, tapi kita belum juga mau menulis. Berarti kita adalah orang yang malas. Naudzubillah. Kalaulah tidak bisa beramal lewat harta, beramalah dengan tulisan. Kalau tak bisa berbicara dengan lantang, bicaralah lewat tulisan. Dan kalau tak mampu berbagi dengan materi, berbagilah lewat tulisan. Seperti saya yang membagi cinta saya melaui tulisan ini, hehe.
    Sekian.

    No comments:

    Powered by Blogger.